Ketika kami kembali ke Filipina setelah perayaan Paskah, kami melihat bahwa di Manila dan di banyak daerah lainnya, peziarahan iman terus berlanjut. Beberapa ribu kaum muda ikut serta dalam pertemuan internasional di Manila pada bulan Februari yang lalu. Selama lima hari mereka berdoa bersama dan merenungkan bersama-sama tema: "Kehausan akan kehidupan yang penuh-panggilan untuk mengubah dunia" (Surat dari Cina). Imbas dari lima hari tersebut secara alamiah bergaung dalam diri mereka saat mereka kembali ke paroki dan lingkungan mereka masing-masing. Banyak di antara mereka yang berkeinginan untuk melanjutkan peziarahan iman ini.
Sangat mengesankan sekali melihat bagaimana para peziarah yang datang ke Manila membagikan pengalaman mereka kepada mereka yang tidak bisa mengikuti pertemuan semacam ini sebelumnya.
Baru saja kami mendarat dan kami langsung naik ke bis dan berangkat ke San Jose City, Nueva Ecija, di mana kaum muda dari beberapa diosis di Luzon Tengah sedang berhimpun selama lima hari di sebuah tempat ziarah setempat. Di sepanjang hari, para kaum muda berada bersama dengan keluarga-keluarga penyambut mereka dan membagikan kepada mereka sebuah bacaan dari Alkitab- semacam "Leksio Divina" dengan peserta dari beragam generasi dan di sana mereka hidup dari tanah pertanian. Menjelang malam hari, sebelum matahari terbenam, para kaum muda berdatangan ke sebuah tempat lapang di depan hamparan sawah-sawah untuk bersama-sama mengadakan doa malam. Ketika doa dimulai, cahaya matahari yang sedang terbenam menyinari ikon-ikon dengant erang keemasan. Akhir dari hari yang sangat indah.
Di Legazpi, sekitar seribu kaum muda sedang mempersiapkan diri menjadi "peninjau" dalam pemilihan umum yang diadakan pada tanggal 10 Mei. Kelompok-kelompok gerejawi yang terlibat tergabung dalam PPCRV (Parish Pastoral Council for Responsible Voting / “Dewan Pastoral Paroki untuk Pemilu yang Bertanggung jawab”), kehadiran mereka dalam pemilu bertujuan untuk memastikan bahwa selama kampanye dan pelaksanaan pemilihan di pos-pos pemilihan umum berjalan sebagaimana mestinya, jujur, adil dan damai. Kaum muda yang datang dari berbagai daerah berhimpun pada hari Kamis malam. Kami memulai acara dengan doa. Banyak dari mereka yang hadir datang untuk menemukan sumber kekuatan dalam hubungan mereka dengan Tuhan, melalui doa, nyanyian, mendengarkan Sabda Tuhan dan dalam saat hening. Ini semua dalam rangka tugas pelayanan penting yang harus mereka emban. Di sepanjang malam, diadakan pertemuan-pertemuan bertema yang membahas masalah persiapan praktis. Sebelum matahari terbit, kami berkumpul bersama di sebuah bukit yang terletak tepat di depan gunung Mayon yang menjulang tinggi untuk merayakan Ekaristi yang dipimpin oleh Uskup Joel Baylon, penanggung jawab Komisi Pelayanan Kaum Muda di Filipina. Keindahan alam ciptaan pada pagi hari itu sungguh melimpah ruah. Di saat yang sama, gunung yang berada di depan mengingatkan kami akan tantangan yang Tuhan senantiasa sediakan di hadapan kita. Namun dalam homilinya, Bapa Uskup mendorong para peserta dengan mengingatkan mereka bahwa di dalam Tuhan-lah kita dapat menemukan kekuatan bagi segala tekad hati kita.
Kami juga diundang ke sebuah pertemuan di Malabalay, di Mindanao. Mereka yang bekerja di Pelayanan Kaum Muda berhimpun untuk mengatur segenap daya dan upaya mereka di tahun yang akan datang dan mereka ingin menutup acara ini dengan sebuah doa, pemahaman Alkitab, saling berbagi pendapat dalam kelompok kecil. Para sukarelawan dari paroki setempat membantu mempersiapkan makanan dengan bantuan api unggun di kebun. Selanjutnya kami mengadakan doa malam bersama. Warga Mindanao sangat mengharapkan jalan keluar yang damai bagi konflik yang berlangsung sejak lama di daerah mereka. Para kaum muda ingin mempersiapkan jalan-jalan perdamaian melalui kehidupan mereka. Kaum muda kristiani dari Mindanao datang ke pertemuan di Manila dengan membawa rekan muslim mereka. Nor Asiah Madale Adialao, seorang muslimah muda, menuliskan kesan-kesannya di sebuah surat kabar Gereja di Mindanao:
“Taizé… jalan perdamaian dan dialog. Di sepanjang tahun-tahun di mana saya terlibat dalam dialog antar agama, saya menyadari bahwa saya hanyalah satu dari sekian banyak insan biasa yang memimpikan sebuah dunia yang damai, dunia di mana orang-orang dari budaya dan pola pikir yang beragam dapat saling bertemu dan hidup bersama… Hidup telah mempertemukan saya secara pribadi dengan Ziarah Iman yang dipandu oleh Komunitas Taizé. Saat melihat seorang imam Katholik, seorang biarawati filipino dan diri saya sendiri, seorang muslimah, kami bersama-sama memiliki kerinduan bagi perdamaian dan dialog. Seterusnya saya dikagumkan saat melihat orang-orang dari orientasi yang beragam benar-benar menjadi rekan sejati demi pembangunan perdamaian. Pengalaman tersebut menandai sebuah tahapan baru dalam memahami dan mengembangkan hakikat dari dialog. Sebagai seorang muslimah, saya tidak dapat melupakan keramahan yang saya terima dari sebuah konggregasi para suster yagn menyambut kami. Sangat indah sekali bisa disambut dengan hati yang penuh suka cita. Secara khusus saya tersentuh ketika semua orang saling berbagi saat-saat doa bersama; saat yang sangat tenang dan hampir-hampir saya tidak dapat mendengarkan suara lainnya selain suara pikiran saya dan kerinduan tulus saya akan perdamaian dengan orang-orang dengan beragam latar belakang.”
Di Bohol, juga diadakan acara doa dan pertemuan yang menghimpunkan kaum muda di Talibon danTagbilaran. Pada tanggal 12 Mei kami diundang ke Puerto Princessa. Di bulan Februari, para kaum muda mulai mengadakan acara doa kesetiakawanan dengan bagi para korban bencana gempa bumi di Haiti dan Chile, sebagaimana yang telah disampaikan oleh Bruder Alois pada saat diadakannya Pertemuan di Manila. Doa yang sama dilangsungkan di berbagai tempat di sekeliling Manila. Beberapa orang masih menggunakan buku yang dibagi-bagikan pada bulan Februari, dengan demikian mereka bisa menyanyikan terjemahan dan adaptasi baru dari nyanyian-nyanyian dalam bahasa Tagalog. Kami sangat gembira diundang oleh beberapa komunitas kristiani yang telah menyambut para kaum muda pada saat pertemuan di Manila, antara lain para imam Katholik dari beragam diosis dan jemaat “Union Church” (Gereja Bersatu) di Makati.
Kami juga bersuka cita dapat berjumpa kembali dengan lima puluh nara pidana yag berada di Lembaga Pemasyarakatan bagi Remaja. Kami telah mengunjungi mereka pada saat perayaan “Rabu Abu”, untuk berdoa bersama dan merenungkan bersama tentang pengampunan. Oleh karena itu, kami mendapatkan kesempatan kembali untuk mengunjungi mereka setelah perayaan Paskah. Di antara dua kesempatan ini, banyak di antara mereka yang menghafalkan nyanyian-nyanyian. Dalam semangat sukacita Paskah kami berdoa dan saling berbagi damai dan suka cita yang juga dialami oleh para murid Kristus pada saat Hari Paskah, ketika mereka berjumpa dengan Kristus yang telah Bangkit. Saat kami beranjak pergi, mereka berkata kepada kami, “Datanglah kembali kemari dan doakanlah kami!”. Saat kita dapat saling berkunjung, berdoa bersama, saling mendengarkan, saling berbagi masa-masa sulit dan sukacita kehidupan; di sanalah kita temukan pesan pokok dari Injil. Sehingga dengan demikian, masing-masing dari kami dapat melanjutkan peziarahan dan kami tetap bersekutu dalam doa hingga tiba saatnya bagi kami untuk saling berjumpa kembali.