“Pemimpin Komunitas Taizé, di Prancis, dalam kunjungannya ke Hong Kong memuji iman umat kristiani Cina namun pada saat yang sama dia juga mengingatkan tentang beberapa imbas negatif dari pertumbuhan ekonomi Cina yang pesat. ‘Di Cina hidup sebuah tradisi lama, sebuah peradaban yang sangat kuno, di mana Injil dapat menemukan gaung dan makna pentingnya,’ ungkap Bruder Alois, prior Komunitas Taizé dihadapan lebih dari 700 umat kristiani yang berhimpun untuk sebuah acara doa dan pertemuan ekumenis di Katedral Katolik Hong Kong. Bagaimanapun juga, di saat yang sama dia mengingatkan tentang adanya beberapa imbas dari pertumbuhan ekonomi dan teknologi Cina yang sangat pesat. ‘Jika penemuan-penemuan terbaru ini banyak memberikan janji di masa yang akan datang maka penting untuk diingat agar hal-hal ini tidak membuat kita lupa akan hal yang terpenting,’ demikian ungkapnya.” Ecumenical News International 14 nov 07.
Setiap bulan, Katedral Anglikan St John Hong Kong, menyambut umat kristiani yang bekerja di “Pusat”, di daerah bisnis perbankan. Selama istirahat siang, mereka berhimpun untuk bertemu dan mendengarkan seorang tamu. Saat mereka mengetahui bahwa Bruder Alois berkunjung ke Hong Kong, kelompok “Umat Kristiani Pusat” ini mengundangnya untuk berhimpun bersama mereka dan tentu saja dari pertanyaan-pertanyaan yang mereka ajukan, pertemuan ini berlangsung dalam suasana yang hangat dan menarik perhatian banyak orang. Uskup Agung, Yang Mulia Rev. Paul Kwong ikut ambil bagian dalam pertemuan tersebut.
“Saya sungguh bersukacita bisa berdoa bersama dengan Anda di Hong Kong. Bruder Roger, pendiri komunitas kami, pernah datang kemari tiga puluh tahun yang lalu. Dia tinggal selama beberapa minggu di sebuah gubuk di sisi laut, di Aberdeen, berbagi kehidupan dengan kaum miskin yang hidup di lingkungan kumuh tidak jauh dari para Little Sisters of Jesus.
Sejak itu, beberapa dari saudara saya hidup bersama sebagai sebuah fraternitas kecil di Taipo. Beberapa yang lainnya berkunjung beberapa kali ke Hong Kong. Mereka juga mengunjungi orang-orang Kristen di Cina daratan, kami sering mendoakan mereka saat acara doa bersama di Komunitas kami. Dan para kaum muda dari Hong Kong datang ke Taizé untuk berziarah.” Bruder Alois, tanggal 13 November malam.
Uskup Hong Kong, Kardinal Zen, hadir dalam acara doa tersebut. Inilah kesempatan yang sungguh menggembirakan, tidak lain karena acara ini memberikan kesempatan bagi umat kristiani dari beragam gereja untuk bekerja bahu-membahu, terutama antara umat Katolik dan Anglikan. Beberapa bulan sebelum pertemuan tanggal 13 November, telah diadakan serangkaian acara doa di Gereja-gereja dari beragam tradisi kristiani. “Saat kami dengar akan diadakannya Ziarah Iman di Hong Kong, kami sangat bergembira. Sebagai persiapan dari doa tanggal 13 November ini, anggota-anggota koor kami bersama dengan kaum muda dari sebuah kelompok doa, dalam persekutuan dengan saudara-saudari dari Gereja-gereja Protestan lainnya, mengadakan serangkaian acara doa dan pertemuan, serta berlatih bersama nyanyian-nyanyian. Ini adalah tahapan awal menuju persekutuan di dalam Kristus.” Eleonor Lam, dari Katedral Katholik.
“Pesan dari pertemuan ini ialah harapan dan sungguh tercermin jelas di dalamnya permasalahan-permasalahan yang dialami oleh banyak orang di Asia saat ini”, komentar Maggie, dari Gereja Bersatu Kowloon.
“Bruder Alois memberi banyak bahan pemikiran. Dia berkata: Bagi Allah, setiap umat manusia adalah suci. Kristus merentangkan tangan-Nya di kayu salib untuk menghimpunkan semua manusia. Dan Dia mengutus kita untuk meneruskan kasih Allah hingga ke ujung bumi.” Eleonor Lam
Hari berikutnya, Bruder Alois berkeinginan untuk melakukan ziarah ke tempat-tempat di mana dulu Bruder Roger dan beberapa bruder lainnya -beserta sekelompok kaum muda dari setiap benua- tinggal di sisi Laut Cina Selatan pada bulan November 1977. Walaupun saat ini lingkungan di sekitar tempat tersebut telah sama sekali berubah dan banyak gubuk-gubuk kumuh lenyap tergantikan oleh gedung-gedung tinggi, dengan menggunakan perahu kita masih bisa melihat sepintas lalu bagaimana Aberdeen kala itu, tempat yang dulunya dipenuhi perkampungan kumuh dan di huni oleh banyak pengungsi dari Cina daratan.
Kemudian dia berkunjung ke the Holy Spirit Study Centre untuk memberikan wawasannya tentang Cina saat ini. Di pimpin oleh Uskup John Tong Hon, pusat studi ini mempertemukan para imam, biarawati, kaum awam dan kaum profesional untuk melakukan penelitian mendalam tentang Cina, khususnya tentang apa yang berkaitan dengan kehidupan umat kristiani di sana. Pusat studi ini telah menjadi sebuah rujukan bagi mereka yang berkeinginan untuk memahami kenyataan dari Cina modern saat ini.