Kunjungan-kunjungan di bulan Oktober
Seorang bruder baru saja kembali dari kunjungannya selama empat minggu di Amerika Serikat. Dia berkunjung secara khusus ke kampus-kampus Universitas di negara-negara bagian Pennsylvania, New Jersey, Wisconsin, Illinois dan New York, di mana banyak dari mahasiswanya pernah datang ke Taizé akhir-akhir ini dan ikut ambil bagian dalam pertemuan-pertemuan internasional. Dia melewatkan beberapa hari berkunjung ke kota Milwaukee, tempat dari beberapa bruder dulu pernah tinggal di akhir tahun 1980-an di sebuah paroki Afrika-Amerika. Kunjungan-kunjungan ini berpuncak pada sebuah doa di sebuah Gereja Presbiterian yang berada di pusat kota Milwaukee, ada sekitar lebih dari 300 orang, kawan-kawan lama dari Komunitas dan para kaum muda, ikut serta di dalamnya.
Dari New Jersey ke Taizé
“Kegembiraan dan keragu-raguan menyertai rombongan 42 peziarah dari the Greater New Jersey Conference (GNJC), menuju tempat di mana Komunitas Kristen Ekumenis Taizé-Prancis berada.
Taizé mungkin lebih di kenal di lingkungan Gereja Methodis Bersatu terutama nyanyian-nyanyiannya, lima diantaranya tercetak dalam United Methodist Hymnal edisi tahun 1989 dan 10 nyanyian tercetak dalam himne tambahan The Faith We Sing. Namun Taizé lebih dari hanya sekedar musik saja.
Selama seminggu di Taizé, ke-42 peziarah anggota dari delegasi GNJC ini berbaur di antara 5000 peziarah lainnya, yang adalah bagian utuh dari Gereja di dunia, dan menggambarkan kehadiran Tubuh Kristus dari segala benua dan dari 69 bangsa. Bersama dengan saudara-saudari dalam Kristus, mereka bekerja bersama-sama, makan bersama, mengikuti pemahaman Alkitab bersama-sama dan yang lebih mengesankan mereka memuji Allah bersama.
Secara sekilas kita bisa memandang bagaimana Roh Kudus bekerja dalam kehidupan dari anggota GNJC ini melalui tanggapan-tanggapan yang mereka berikan atas beberapa pertanyaan berikut ini. Di bawah ini adalah beberapa kutipan dari beberapa kaum muda dan kaum dewasa kami atas pertanyaan: “Bagimana kesan Anda tentang doa di Taizé?”
“Keheningan yang memberi tempat kepada Roh Kudus untuk bekerja dan menyulam pesan-pesan-Nya dalam diri setiap pribadi.”
“ Nyanyian-nyanyian yang dinyanyikan selama doa terekam kuat dalam ingatan di sepanjang hari. Kemanapun Anda berjalan-jalan ada seseorang yang sedang menyanyi atau menyenandungkan sebuah nyanyian. Nyanyian-nyanyian tersebut merasuk secara mendalam.”
“Kemantapan, doa yang berpusat pada Allah, keheningan, kesederhanaan, keindahan, keterbukaan dan musik yang menggugah semangat.”
“Tidak ada tempat bagi pengumuman-pengumuman atau ceramah. Allah berada di pusat, pusat satu-satunya. Doa tidak pernah digunakan sebagai sarana untuk menyampaikan pemikiran-pemikiran tertentu.
“Kenyataannya, saya pergi ke Gereja tiga kali sehari selama tujuh hari berturut-turut dan TIDAK merasa bosan.”
“Setiap nyanyian yang sederhana dan yang di ulang berkali-kali sangat menyentuh hati saya. Ketika kita mengulang beberapa kali nyanyian-nyanyian tersebut, saya beranjak dari hanya sekedar memikirkan diri sendiri dan bergerak semakin medekat ke kehadirat Allah.”
“Pemimpin pujiannya adalah Allah sendiri.”
“Kesederhanaan dan kekhasan dari doa tersebut laksana gelombang di lautan yang membawa Anda besertanya.”
“Keheningan.”
“Kita tidak pernah tahu bahasa apa yang akan digunakan selanjutnya dalam doa dan menemukan keheningan selama sepuluh menit sungguh membantu saya.”
Rev Jeff Markay, dalam “Relay” Oktober 2007