Musim panas terasa sangat panas di Bhopal, Indore dan Jabalapur. Walaupun dihadang terik matahari, banyak kaum muda yang datang dari daerah yang jauh di luar kota, bahkan ada di antara mereka yang beperjalanan selama berjam-jam naik bus untuk bisa datang ke tempat ini dan ikut serta dalam acara doa dan pertemuan yang diadakan di sana. Mereka telah mempersiapkan acara doa dengan nyanyian-nyanyian dari Taizé. Bagi sebagian dari mereka acara ini merupakan pengalaman baru bagi mereka.
Setelah kunjungan kami di daerah MP, pada tanggal 27 kami tiba di sebuah stasiun bernama Rajgangpur, yang terletak di Diosis Sambalpur di Orissa. Dua pemuda datang menyambut kami di stasiun. Salah satu dari mereka bernama Vikram, yang tahun lalu pernah tinggal di Taizé selama tiga bulan. Setelah menyalami kami, dia menjelaskan bahwa mobil jeep yang akan mengangkut kami sedang macet. Setelah menunggu selama satu setengah jam, mobil selesai diperbaiki, kami kemudian langsung melanjutkan perjalanan melalui “kacha road” (jalanan yang tidak begitu bagus) menembus hutan dan kadangkala ada gajah yang melewati kami.
Akhirnya kami tiba di desa di mana acara pertemuan akan diadakan. Paroki ini dikelilingi oleh hutan belantara; sebagian besar dari masyarakat menggunakan mobil jeep sebagai satu-satunya alat transportasi. Tiga ratus muda-mudi datang untuk mengikuti acara yang diadakan selama tiga hari ini. Kami tiba pada hari ketiga. Banyak di antara mereka yang datang dari tempat yang sangat jauh, sebagian besar dari merreka berasal dari suku-suku yang berbahasa Sadhri dan Oriya. Saat bertemu untuk saling berbagi pendapat dengan mereka, saya ungkapkan bahwa pertemuan ini merupakan keajaiban, kami yang datang dari negeri yang sangat jauh datang dan bertemu dengan para kaum muda di tengah-tengah hutan belantara. Satu hal yang dapat kita lakukan adalah berdoa bersama-sama.
Kunjungan kami dipersiapkan oleh Gerakan Pemuda Katholik Orissa. Tim lokal terdiri dari sepuluh orang, termasuk seorang imam dan seorang biarawati. Mulai dari bagian Utara Orissa, melalui beragam Diosis, kami akhirnya mengakhiri kunjungan kami di daerah Khandamal, di mana tahun lalu para umat Kristen mengalami siksaan dan di beberapa tempat tekanan-tekanan ini masih terus terjadi. Warga masyarakat masih dicekam rasa takut. Sebagian besar dari mereka tinggal di tenda-tenda. Situasi yang ada sungguh sangat memprihatinkan dan sulit untuk dibayangkan derita yang harus dilalui oleh banyak warga hanya lantaran mereka adalah orang Kristen. Kami mengunjungi beberapa perkemahan pengungsi dan beberapa desa, di sana kami bisa bercakap-cakap secara langsung dengan warga masyarakat.
Kami melanjutkan perjalanan kami ke daerah tetangga yang bernama Rourkela, daerah yang terkenal karena industri baja. Uskup yang baru di Rourkela, Mgr John Barwa, adalah juga salah seorang penanggung jawab dari Gerakan Pemuda Katholik Orissa. Saat menyampaikan sambutan di hadapan para kaum muda beliau mengatakan, “Para bruder datang untuk memandu kita untuk semakin dekat dengan Allah melalui doa dengan nyanyian-nyanyian dari Taizé”.
Setelah kunjungan kami ke Orissa, kami tiba di kota metropolitan Mumbai. Kehidupan di sini sungguh bertolak belakang dengan apa yang kami alami di Orissa. Kami menginap di sebuah gedung yang letaknya berseberangan dengan Basilika “Mount Mary” dan dari sana kami dapat lihat banyak orang dari beragam agama datang untuk berdoa dan menyalakan lilin bagi setiap doa yang mereka panjatkan.
Kami juga mengunjungi beberapa komunitas religius: Suster-suster St. Anna, di Borivali, meminta kami untuk memandu acara sehari yang ditujukan kepada para postulan dari komunitas mereka. Suster-suster Salib Suci memiliki sebuah Rumah Sakit bagi para penderita kanker tingkat terminal; mereka berasal dari beragam latar belakang; satu di antara para pasien adalah seorang gadis kecil berusia 4 tahun yang menderita tumor otak. Para suster dan para sukarelawan memberikan kedamaian dan sukacita bagi siapapun yang mereka rawat.
Suster-suster dari Komunitas Roh Kudus mengelola sebuah Rumah Sakit besar di kota Mumbai. Sr Lissy yang menjabat sebagai Suster Kepala dari Rumah Sakit tersebut pernah tinggal selama tiga bulan di Taizé pada tahun 1989. Dia sungguh bergembira dapat berjumpa kembali dengan para bruder setelah sekian lama waktu berlalu. Dia kemudian meminta kami untuk memandu sebuah acara doa bagi para pelajar yang akan menjadi suster perawat dan mereka yang bekerja sebagai perawat di Rumah Sakit tersebut. Mereka berjumlah sekitar 250 orang. Para pelajar itu datang dari berbagai daerah di India dan bagi sebagian besar dari mereka, doa semacam ini menjadi sebuah pengalaman baru.
Di Versova, di daerah pinggiran pantai, kami menjumpai banyak nelayan. Di “House of Charity”, beberapa suster Italia dan India bersama-sama mengelola sebuah wisma bagi warga masyarakat yang menyandang cacat mental, anak-anak terlantar dan mereka yang terkena “down syndrome”. Saat kami tiba di sana, paroki setempat sedang mengadakan "perkemahan panggilan" bagi para pemuda. Acara ini memberi kesempatan kepda kami untuk berjumpa dengan para kaum muda dan mendorong mereka untuk mencari tempat-tempat di mana tanda-tanda harapan bersemi. Pada petang hari, kami berdoa bersama, termasuk dengan para kaum muda penyandang cacat mental. Sungguh merupakan sukacita saat mendengar nyanyian “Magnificat” dinyanyikan dengan penuh tenaga!
Di hari Sabtu malam, kami mengadakan acara doa bersama di Gereja Ortodoks di Kalina. Banyak pemuda dari Gereja Ortodoks ikut serta dalam acara doa, berdampingan dengan muda-mudi Katholik, Protestan, Methodis serta paroki-paroki Gereja Yakobit. Tidak lupa seorang yang datang dari Komunitas Zoroaster.
Setelah kunjungan-kunjungan kami di Mumbai, kami melanjutkan perjalanan kami ke Goa, di sana kami mengadakan dua kali acara doa bersama. Doa pertama diadakan di sebuah desa di Anjuna; banyak pemuda ikut serta dalam acara setengah hari yang membahas tentang Taizé dan doa bersama. Hari berikutnya, diadakan sebuah pertemuan dengan para pemuda dari daerah Goa Tengah. Acara tersebut diadakan di Pusat Ziarah "Yang Terberkati Joseph Vaz"; guna berbagi pengalaman tentang Taizé, Pemahaman Alkitab singkat dan mengakhiri acara tersebut dengan doa bersama dengan menggunakan nyanyian-nyanyian dari Taizé.
Tahap terakhir dari kunjungan kami adalah di sebuah desa yang teletak sekitar 110 kilometer dari kota Shimoga di negara bagian Karnataka. Dari daerah Selatan Goa, kami harus melakukan perjalanan selama 8 jam dengan bus untuk tiba ke desa ini. Banyak kaum muda dari Diosis ini pernah berkunjung ke Taizé dan tinggal di sana selama beberapa bulan. Kunjungan ini dilakukan sejak bertahun-tahun yang lalu. Komisi Kepemudaan Diosis ini mengadakan acara tiga hari yang ditujukan bagi para pemuda daerah pedesaan, acara ini diikuti oleh sekitar 100 muda-mudi. Di salah satu acara doa malam, kami menggunakan "bhajan" dalam bahasa Kannada dan nyanyian-nyanyian dari Taizé.
Di sepanjang kunjungan ini, kami merasa bagaimana Allah memberkati kami dengan kasih-Nya terutama saat kami berjumpa dan berbagi pengalaman dengan warga yang menghayati "Ucapan Bahagia" dari Kristus!