Renungan Alkitab Bulanan
Pebruari
“Pada suatu kali Yesus sedang mengajar dalam salah satu rumah ibadah pada hari Sabat. Di situ ada seorang perempuan yang telah delapan belas tahun dirasuk roh sehingga ia sakit sampai bungkuk punggungnya dan tidak dapat berdiri lagi dengan tegak. Ketika Yesus melihat perempuan itu, Ia memanggil dia dan berkata kepadanya: “Hai ibu, penyakitmu telah sembuh.” Lalu Ia meletakkan tangan-Nya atas perempuan itu dan seketika itu juga berdirilah perempuan itu dan memuliakan Allah”.Tetapi kepala rumah ibadat gusar karena Yesus menyembuhkan orang pada hari Sabat, lalu ia berkata kepada orang banyak, “ada enam hari untuk bekerja. Karena itu datangla pada salah satu hari itu untuk disembuhkan dan jangan pada hari Sabat.” Tetapi Tuhan menjawab dia, kata-Nya, “Hai ornag-orang munafik, bukankah setiap orang di antaramu melepaskan lembunya atau keledainya pada hari Sabat dari kandangnya dan membawanya ke tempat minuman? Bukankah perempuan ini yang sudah delapan belas tahun diikat oleh Iblis, harus dilepaskan dari ikatannya itu, karena dia adalah keturunan Abraham?” Dan waktu Dia berkata demikian, semua lawan-Nya merasa malu dan semua orang banyak bersukacita karena segala perkara mulia yang telah dilakukan-Nya. (Lukas 13:10-17. TB-LAI 1993).
Di dalam percakapan yang terjadi setelah penyembuhan perempuan yang bungkuk punggungnya di sebuah sinagoge, Yesus menyingkapkan jati diri unik dari perempuan ini: dia adalah salah satu keturunan Abraham (ay. 16). Sangat tepat sekali jika penyingkapan ini terjadi di hari Sabat. Bersama Yesus kita tidak berada pada tahap “apa yang seharusnya kita lakukan dan apa yang tidak seharusnya kita lakukan”, sebagaimana yang dipermasalahkan oleh pemimpin sinagoge (ay. 14) namun pada tahap “siapakah kita seharusnya atau bukan siapakah kita seharusnya,”secara hakiki.
Pemimpin sinagoge mengacu pada perintah Allah tentang hari Sabat yang tertulis dalam Keluaran 20:9-11. Bagaimanapun juga, jawaban Yesus diungkapkan senada dengan perintah yang tertulis dalam Ulangan 5:13-15, yang menjelaskan : “... agar engkau dapat beristirahat dan ingat bahwa kalian dahulu adalah budak di Mesir, bahwa TUHAN Allah-mu telah membawamu keluar dari sana.” Itulah sebabnya mengapa perempuan ini harus “dibebaskan” dari perbudakkannya di hari Sabat. Dia kemudian menjadi tanda hidup yang mengingatkan karya pembebasan Allah hari ini.
Apakah artinya beristirahat dalam Allah? Pertama-tama, ini berarti untuk mengingat.. Artinya melihat kehidupan kita dalam terang yang lain daripada sekedar apa yang kita hasilkan, melihat apa yang telah Allah perbuat, khususnya melalui kelemahan kita. Bagi umat Allah ini berarti mereka harus mengingat masa perbudakan. Bagi kita hal ini dapat berarti bahwa kenangan luka-luka batin akan menjadikan kita lebih manusiawi, kenangan ini akan menyingkapkan kebaikan Allah kepada kita dan sesama manusia, yang akan menolong kita untuk menemukan kembali jati diri kita sebenarnya.
Perempuan yang sakit punggung ini harus “dibebaskan”. Agar kita bisa menjadi siapa diri kita sebenarnya, dari apa sajakah kita harus dibebaskan? Seringkali kita harus dibebaskan dari melakukan “terlalu banyak” hal. Daripada bertanya apa yang masih bisa saya lakukan, bukankah lebih baik untuk bertanya: bagaimana saya bisa mengurangi apa yang saya lakukan agar saya bisa berpusat pada hal-hal yang lebih pokok? Godaannya adalah adanya keinginan untuk melakukan lebih dan lebih banyak lagi, karena kita takut bahwa kita tidak akan pernah cukup berbuat sesuatu atau kita takut untuk berkata “tidak”, karena tidak ingin mengecewakan yang siapapun juga. Atau karena kita ingin melakukan sendiri segala sesuatunya dan tidak ingin mempercayakan apapun kepada yang lain. Bagaimanapun juga, kita tidak disarankan untuk tidak berbuat lebih namun seperti layaknya perempuan yang bungkuk tadi, menjadi seseorang yang lebih dan mengasihi secara lebih lagi.
Kapan dan dimanakah aku dapat menemukan waktu dan tempat untuk berhenti sejenak, untuk mengingat dan untuk beristirahat dalam Allah?
Dari hal-hal apa sajakah aku perlu untuk “dibebaskan”? Di antara seluruh kegiatan yang aku miliki, mana sajakah yang perlu aku tinggalkan?