3 September 2016
Kenaikan Yesus ke Surga, kaca bergambar dibuat oleh Bruder Eric dari Taizé
Kenaikan Yesus ke surga adalah peristiwa yang tidak mudah untuk dipahami secara langsung oleh pola pikir masa kini. Perayaan Kenaikan Yesus ke Surga yang paling mengesankan adalah saat menghadirinya bersama dengan dua bruder lainnya di Moskow pada tahun 2006, perayaan tersebut dipimpin oleh Patriarkh Alexis II. Gereja Ortodoks, telah melestarikan perayaan misteri iman ini di sepanjang segala abad. Mereka merayakannya denga penuh ketaatan kepada para Bapa-bapa Gereja. (...)
3 September 2016
Yesus dimuliakan di atas bukit, kaca bergambar karya Bruder Eric dari Taizé
Umat Kristen di dunia Timur adalah yang pertama-tama merayakan perayaan Yesus dimuliakan di atas bukit. Perayaan liturgis ini kemudian diperkenalkan di dunia Barat pada abad ke-12 oleh salah seorang pemimpin biara Cluny yang bernama "Petrus yang dimuliakan". Di Taizé, mengakarkan kehidupan kami pada peristiwa pemuliaan Kristus ini selalu menjadi penopang yang kuat bagi panggilan hidup kami.
Di dalam Injil, kisah Yesus yang dimuliakan di atas bukit mengungkapkan siapa (...)
27 April 2010
Suatu hari, orang-orang membawa kanak-kanak kepada Yesus agar Dia dapat memberkati mereka. Para murid merasa tidak senang. Yesus marah dan menyuruh mereka untuk membiarkan kanak-kanak itu datang kepadaNya. Kemudian Dia berkata, "Barang siapa tidak menyambut Kerajaan Allah sebagaimana layaknya seorang anak kecil maka dia tidak akan dapat memasukinya" (Markus 10:13-16).
Penting untuk diingat bahwa sebelumnya Yesus telah mengatakan kepada para muridNya bahwa, “Misteri Kerajaan Allah telah dipercayakan kepadamu” (Markus 4:11). Karena Kerajaan (...)
15 April 2010
Apakah Baptisan penting untuk memasuki kehidupan kristiani?
Untuk memahami sepenuhnya makna baptisan maka penting untuk melihat bagaimana baptisan itu sendiri diterapkan oleh murid-murid pertama Kristus. Selama perayaan Pentakosta mula-mula, mereka yang mendengarkan Petrus merasa "kecil hati" saat mereka menyadari tidak mampu melihat Yesus sebagai "Yang diutus oleh Allah". Dengan penuh penyesalan, mereka kemudian bertanya kepada Petrus, "Apakah yang harus kami lakukan?" dan Petrus menjawab, "Ubahkan hatimu dan biarkanlah dirimu dibaptis (...)
17 Agustus 2009
Pembaptisan Yesus menyingkapkan bahwa Dia adalah Putra Terkasih Allah. Segera sesudah itu, selama Dia berada di padang gurun, jati diriNya diuji: apakah memang benar Dialah Anak Allah, akankah Dia menjadi lapar, apakah Dia takut akat kematian?
Sebuah pelajaran moral seringkali disarikan dari kisah "pencobaan" yang dialami Kristus ini. Kenyataannya, kisah tersebut merupakan salah satu kisah terdalam yang mengisahkan tentang misteri Yesus: apakah makna dari menjadi Anak Allah? Dalam Yesus, apa yang tampaknya saling bertentangan, (...)
15 Juli 2009
Dua sudut pandang akan sebuah kehidupan, walaupun berakhir tragis, yang terus bersinar bagi Gereja dan dunia. Kardinal Kasper, presiden Dewan Kepausan untuk Usaha Persatuan Umat Kristiani, melihat Bruder Roger sebagai simbol dari ekumenisme rohani: melalui doa dan kontemplasi, dia dibimbing untuk menggenapi rekonsiliasi batiniah tanpa harus menimbulkan perpecahan dengan siapapun juga. Bruder Alois, yang melanjutkan pelayanan Bruder Roger sebagai prior komunitas Taizé, menunjukkan bahwa bagi Bruder Roger, kebaikan hati merupakan cerminan (...)
5 Juli 2009
Setelah melalui abad XX yang telah menghapuskan demikian banyak impian murni serta harapan-harapan yang telah diselewengkan, bagaimanakah kita saat ini dapat berbicara tentang apa yang dapat kita perbuat untuk mengubah dunia atau menjadikannya lebih baik? Apakah percakapan-percakapan yang tidak membuahkan hasil menjadi pilihan terakhir? Apakah pengasingan diri merupakan kebajikan? Apakah pengambil alihan kekuasaan kita lihat sebagai satu hal yang lumrah? Haruskah kita bergabung dengan kaum fatalis agar dapat dianggap sebagai cerdik (...)
17 Mei 2009
Jika Allah hadir dalam diri setiap insan, lalu apa manfaat iman? Diperhadapkan dengan keajaiban dari kehidupan, tubuh kita yang “ditenun dengan sangat sempurna” (Mazmur 139), banyak orang menyimpulkan bahwa umat manusia digerakkan oleh semacam percikan ilahi. Sangat mengejutkan sekali mengetahui kesimpulan mentalitas modern, yang diwarnai oleh ilmu pengetahuan, sampai pada kesimpulan yang sama sebagaimana “para tabib” di Perjanjian Lama. Ya, menurut Alkitab, Allah memberikan Nafas kepada umat manusia dan dalam Nafas Hidup tersebut Allah hadir (...)
21 Nopember 2007
Walaupun iman secara umum di lihat sebagai agama, karena keterkaitannya dengan hubungan antara manusia dengan Sang Mutlak yang di sebut Allah, gagasan tersebut tidak banyak membantu kita untuk menemukan karakter unik dari iman. Haruskah kita menyebutnya sebagai sebuah spiritualitas? Ya, dalam arti bahwa iman menawarkan jalan yang dapat dihidupi dan dilalui secara pribadi untuk merasuk ke dalam makna kehidupan semakin mendalam. Bagaimanapun juga, jalan ini tidak kemudian membuat seseorang tertutup; jalan ini tidak di bangun dari hal-hal (...)
17 Oktober 2007
Dikala individualisme hadir dengan kuat seperti saat ini, hal yang secara jelas dan nyata hadir dalam tradisi Yahudi dan Perjanjian Baru menciptakan satu kesulitan. Berlawanan dengan gagasan bahwa “hidupku adalah milikku sendiri”, setiap insan manusia dilihat sebagai bagian dari kemanusiaan, kemanusiaan digambarkan sebagai satu kesatuan; ide ini tidak dipahami secara abstrak namun lebih sebagai kenyataan dari sebuah keteraturan spiritual. Sulit bagi kita untuk membayangkannya saat ini.
Bagaimanapun juga, kita memiliki pengalaman-pengalaman (...)
17 Oktober 2007
Dalam Perjanjian Baru, iman pertama-tama terwujud dalam suatu gerakan. Iman merupakan langkah nyata yang dilakukan seseorang untuk “datang kepada Yesus.” Mungkin kita bisa mengatakan bahwa sebelum iman menjadi sebuah “gerakan yang terarah”, iman pada dasarnya adalah sebuah kehausan, sebuah kerinduan: “Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum! Barangsiapa percaya kepada-Ku...” (Yoh. 7:37-38). Bila Injil Yohanes menyejajarkan ungkapan “datang kepada” dengan “percaya kepada” (lih. 6:35), ini dikarenakan penulis memahami bahwa pada saat (...)