Renungan Alkitab Bulanan
April
Paulus pergi berdiri di atas Areopagus dan berkata: "Hai orang-orang Atena, aku lihat, bahwa dalam segala hal kamu sangat beribadah kepada dewa-dewa.Sebab ketika aku berjalan-jalan di kotamu dan melihat-lihat barang-barang pujaanmu, aku menjumpai juga sebuah mezbah dengan tulisan: Kepada Allah yang tidak dikenal. Apa yang kamu sembah tanpa mengenalnya, itulah yang kuberitakan kepada kamu.Allah yang telah menjadikan bumi dan segala isinya, Ia, yang adalah Tuhan atas langit dan bumi, tidak diam dalam kuil-kuil buatan tangan manusia, dan juga tidak dilayani oleh tangan manusia, seolah-olah Ia kekurangan apa-apa, karena Dialah yang memberikan hidup dan nafas dan segala sesuatu kepada semua orang. Dari satu orang saja Ia telah menjadikan semua bangsa dan umat manusia untuk mendiami seluruh muka bumi dan Ia telah menentukan musim-musim bagi mereka dan batas-batas kediaman mereka, supaya mereka mencari Dia dan mudah-mudahan menjamah dan menemukan Dia, walaupun Ia tidak jauh dari kita masing-masing. Sebab di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada, seperti yang telah juga dikatakan oleh pujangga-pujanggamu: Sebab kita ini dari keturunan Allah juga.Karena kita berasal dari keturunan Allah, kita tidak boleh berpikir, bahwa keadaan ilahi sama seperti emas atau perak atau batu, ciptaan kesenian dan keahlian manusia. Dengan tidak memandang lagi zaman kebodohan, maka sekarang Allah memberitakan kepada manusia, bahwa di mana-mana semua mereka harus bertobat. Karena Ia telah menetapkan suatu hari, pada waktu mana Ia dengan adil akan menghakimi dunia oleh seorang yang telah ditentukan-Nya, sesudah Ia memberikan kepada semua orang suatu bukti tentang hal itu dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati."Ketika mereka mendengar tentang kebangkitan orang mati, maka ada yang mengejek, dan yang lain berkata: "Lain kali saja kami mendengar engkau berbicara tentang hal itu." Lalu Paulus pergi meninggalkan mereka.Tetapi beberapa orang laki-laki menggabungkan diri dengan dia dan menjadi percaya, di antaranya juga Dionisius, anggota majelis Areopagus, dan seorang perempuan bernama Damaris, dan juga orang-orang lain bersama-sama dengan mereka.(Kis. 17:22-34)
Kotbah yang disampaikan oleh Rasul Paulus ke pada para filsuf Athena ini menjadi terkenal. Memang kotbah ini merupakan satu dari sedikit teks Alkitab yang menggambarkan secara jelas kontak di antara dua sumber utama budaya Barat, Athena dan Yerusalem. Sebenarnya kenyataan bahwa pewartaan akan Tuhan menurut Alkitab yang terjadi di tempat yang menjadi tempat kelahiran pemikiran-pemikiran filosofis ini sudah merupakan suatu peristiwa tersendiri. Namun yang lebih mengejutkan ialah gaya penyampaian Paulus.
Seorang Yahudi datang ke Athena untuk mengabarkan tentang "Yesus dan Kebangkitan". Perbenturan budaya yang terjadi tentu saja sangat luar biasa. Dalam hal berhala-berhala, Paulus tidak ragu-ragu dalam mengunakan kata-kata. “Hai orang-orang Atena, aku lihat, bahwa dalam segala hal kamu sangat taat beribadah.": tentu saja di samping sanjungan ini, terselip sebuah teguran ironis.
Walaupun mereka terkejut, kotbah Paulus sangat mengesankan. Dia tidak mengesampingkan unsur pertentangan yang melekat pada hal baru yang dia sampaikan, Paulus menunjukkan kemampuannya yang unik untuk bisa menyesuaikan diri. Dia mencari secara merinci sisi-sisi kehidupan lawan bicaranya agar supaya dapat melabuhkan kabar-kabar yang dia sampaikan dalam konteks kehidupan mereka ("mezbah dengan tulisan: Kepada Allah yang tidak dikenal"); dia mengutip puisi Yunani ("sebab kita ini dari keturunan Allah juga"); dia menterjemahkan teologi alkitabiah ke dalam ungkapan filosofis ( "di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada").
Keseriusannya untuk memperhatikan secara baik konteks dari pendengarnya adalah apa yang kita sebut di kemudian hari dalam kehidupan Gereja dengan "inkulturasi". Apa yang dilakukan oleh Paulus di sini adalah contoh dan teladan pertama yang jujur tentang hal ini.
Menyesuaikan diri tidak berarti memotong-motong sebagian dari kebenaran. Paulus masih tetap mengabarkan inti pesan Injil. Dia menyampaikan garis besar kesimpulan yang singkat dan tepat: pengakuan akan ketuhanan Allah di atas segala sesuatunya, karunia kehidupan bagi umat manusia serta kedatangan seseorang yang membuka pintu-pintu pengampunan.
Di dalam masyarakat-masyarakat di mana umat kristen merupakan minoritas, menyatakan diri sebagai seorang Kristen tidak selalu merupakan hal yang mudah. Mungkin saat kita ditanya tentang harapan yang ada dalam diri kita, kita dapat menjawab dengan memilih kata-kata yang tepat agar tidak membuat lawan bicara kita terkejut. Namun bagaimanapun juga, bagaimanakah Kabar Baik dapat tersampaikan jika kita menghapuskan semua sisi-sisinya yang baru?
Pekabaran iman yang dilakukan oleh Paulus di Athena akhirnya akan menemui kegagalan. Bahkan sebagian besar pendengarnya tidak tinggal untuk mendengarkan keseluruhan isi pesannya: “Lain kali saja kami mendengar engkau berbicara tentang hal itu.” Paulus agaknya menyemaikan banyak hal namun menuai sedikit saja. Ini sama dengan perumpamaan seorang penabur, di mana sebagian besar benih yang ditaburkannya tidak jatuh di tanah yang baik. Sedikit saja dari para pendengarnya yang tinggal tetap bersamanya dan menjadi umat percaya. Dan bukankah yang "sedikit" ini menjadikan segala jerih payahnya bermakna?
Apakah saya kadang kala dapat berbicara tentang iman saya tanpa harus merasa malu?
Unsur-unsur iman yang manakah yang agaknya cukup sulit untuk dipahami oleh orang-orang pada masa kini?
Mungkinkah unsur-unsur provokatif yang berguna bagi pekabaran Injil kita pertahankan dengan tanpa harus mengesampingkan lawan bicara kita?