TAIZÉ

Renungan Alkitab Bulanan

 
Renungan-renungan Alkitab ini dimaksudkan sebagai sarana untuk berjumpa dengan Allah dalam keheningan dan doa ditengah segala kesibukan kita sehari-hari. Carilah waktu yang tepat untuk membaca bagian Alkitab beserta tafsiran singkatnya kemudian renungkanlah pertanyaan-pertanyaan yang ada. Selanjutnya, bersama dengan sekitar 3 hingga 10 orang, Anda bisa saling bertemu dalam kelompok kecil untuk saling membagikan hasil perenungan masing-masing dan jika memungkinkan pada akhir perbicangan bisa diadakan doa bersama.

JPEG - 31.8 ko

2010

Juli

Kejadian 9:8-17: Sisi Gelisah dari Kesabaran Allah
Berfirmanlah Allah kepada Nuh dan kepada anak-anaknya yang bersama-sama dengan dia: "Sesungguhnya Aku mengadakan perjanjian-Ku dengan kamu dan dengan keturunanmu, dan dengan segala makhluk hidup yang bersama-sama dengan kamu: burung-burung, ternak dan binatang-binatang liar di bumi yang bersama-sama dengan kamu, segala yang keluar dari bahtera itu, segala binatang di bumi. Maka Kuadakan perjanjian-Ku dengan kamu, bahwa sejak ini tidak ada yang hidup yang akan dilenyapkan oleh air bah lagi, dan tidak akan ada lagi air bah untuk memusnahkan bumi."
 
Dan Allah berfirman: "Inilah tanda perjanjian yang Kuadakan antara Aku dan kamu serta segala makhluk yang hidup, yang bersama-sama dengan kamu, turun-temurun, untuk selama-lamanya: Busur-Ku Kutaruh di awan, supaya itu menjadi tanda perjanjian antara Aku dan bumi. Apabila kemudian Kudatangkan awan di atas bumi dan busur itu tampak di awan,
maka Aku akan mengingat perjanjian-Ku yang telah ada antara Aku dan kamu serta segala makhluk yang hidup, segala yang bernyawa, sehingga segenap air tidak lagi menjadi air bah untuk memusnahkan segala yang hidup. Jika busur itu ada di awan, maka Aku akan melihatnya, sehingga Aku mengingat perjanjian-Ku yang kekal antara Allah dan segala makhluk yang hidup, segala makhluk yang ada di bumi." Berfirmanlah Allah kepada Nuh: "Inilah tanda perjanjian yang Kuadakan antara Aku dan segala makhluk yang ada di bumi." (Kejadian 9: 8-17)

Allah memberitakan berita gembira kepada Nuh: tidak akan ada lagi banjir besar; kehidupan di bumi tidak akan dimusnahkan. Nuh mengikatkan dirinya dengan “ikrar abadi antara Allah dengan makhluk hidup.” Di sini, ikrar ini bukanlah sebuah persetujuan antara pihak-pihak tertentu namun keputusan sepihak dari Allah. Cakrawala akhir dari kehidupan di bumi bukanlah sebuah bencana melainkan sebuah ikrar Allah.

Menurut Alkitab, semua makhluk hidup telah diselamatkan dari bencana besar yang telah berlalu. Hari ini beberapa orang kuatir akan bencana besar yang sedang mengancam dunia. Bencana alam atau perang yang tak terkendalikan dapat memicu kehancuran dunia.

Dilihat dari segi sejarah banjir besar yang dikisahkan dalam kitab Kejadian bukanlah banjir yang pernah terjadi pada waktu tertentu di masa lalu. Kisah ini tidak menceritakan satu kejadian tertentu dalam sejarah namun lebih menceritakan ketakutan manusia yang berkelanjutan. Sejak masa lampau, kisah-kisah tentang banjir dan api senantiasa menggambarkan kemungkinan berakhirnya kehidupan di bumi.

Alkitab mencatat bahwa Allah, Pencipta semesta, tidak membiarkannya hilang tenggelam melainkan menjaga dan melindunginya. Dunia di mana kita hidup senatiasa telah diselamatkan dari bencana. Juga telah diselamatkan dari kejahatan. Banjir ini telah menghapuskan mereka, yang oleh karena "kejahatan besar" (Kejadian 6:5) mereka, telah menyengsarakan kehidupan di bumi. Sebuah awal yang baru terbuka bagi kita.

Ikrar Allah yang Agung, bahwa "Air bah tidak akan pernah datang lagi untuk menghancurkan," adalah berkat yang bermakna ganda. Dengan cara ini, Allah telah berikrar untuk tidak menggunakan kekuatan penghancur sebagai jalan keluar terakhir. Dia tidak akan pernah lagi menghapuskan muka bumi dengan air bah guna menghilangkan kejahatan dan mereka yang berniat jahat. Sedari sekarang, "Dia memberikan matahari baik bagi mereka yang baik dan mereka yang jahat" (Matius 5:45). Apakah Allah memberikan kebebasan penuh bagi mereka yang jahat? Di atas segalanya, Allah berikrar untuk menanggung mereka dalam kepedihan yang berkepanjangan.

Pelangi, sebagai tanda dari perjanjian ini, adalah perlambang dari kesabaran Allah. Dengan mengatakan, "BusurKu", Allah tampil sebagaimana layaknya seorang pejuang perang. Dalam dunia Alkitab, sering ditemukan citra Allah yang berperang untuk membebaskan umat yang lemah dari cengkraman para penguasa. Namun di sini Allah "merentangkan busurNya di langit"; dia meletakkan senjataNya. Apakah dengan demikian Allah menolak untuk berperang, menyerahkan diriNya pada kejahatan dalam diri manusia yang tak terhapuskan?

Busur Allah tampak melengkung sebagai akibat dari tali kekang yang menahannya. Allah adalah kesabaran, penuh dengan tenaga yang siap untuk dilepaskan. Beragam warna yang tampak bermakna sumber kasih Allah yang abadi. Allah akan menemukan cara untuk mengalahkan kejahatan tanpa harus melancarkan perang.

- Apakah makna dari sebuah pelangi bagiku?

- Bagaimanakah kita memaknai dunia saat ini dan masa depan kita dari sudut pandang teks Alkitab ini?

- Tindakan dan tingkah laku yang bagaimanakah yang dapat kita lakukan agar seiring sejalan dengan pesan kesabaran Allah yang gelisah ini?



Renungan Kitab Suci yang lainnya